Berbagai Kondisi Yang Memungkinkan Seseorang Bisa Sukses
Setelah meninjau dan meresmikan pabrik Slickbar® Indonesia di Cikarang pada tahun 1996, terus terang yang menempel di ingatan saya adalah istilah slickbar. Dalam hubungannya dengan pengendalian tumpahan minyak, slickbar dalam Bahasa Inggris hanya bisa diartikan sebagai perangkat penghalang (bar) untuk mencegah penyebaran genangan minyak (oil slick).
Tetapi yang membuat saya tidak pernah lupa dengan istilah slickbar adalah berbagai alternatif yang dalam imajinasi nakal saya bisa lucu, absurd, bahkan sensual. Tetapi bukan itu maksud tulisan ini.
Tetapi yang membuat saya tidak pernah lupa dengan istilah slickbar adalah berbagai alternatif yang dalam imajinasi nakal saya bisa lucu, absurd, bahkan sensual. Tetapi bukan itu maksud tulisan ini.
Saya bermaksud menjelaskan bahwa buku Berani Melangkah tulisan Alberthiene Endah memuat kisah hidup dari seorang yang patut diteladani, yaitu Bung Bayu Satya. Tanpa buku ini, kunjungan saya ke pabrik Slickbar Indonesia hanyalah satu di antara berbagai acara seremonial yang lazim dilakukan seorang Menteri. Perkembangan yang dramatis dari Slickbar Indonesia baru saya tahu setelah membaca buku ini, karena jalan kehidupan saya amat berjarak dengan dunia minyak dan gas bumi. Belakangan, saya menyentuh pinggiran dunia tersebut, tapi lain kali saja saya berkisah tentang itu.
Dalam blog ini, ada beberapa hal yang sangat jelas terurai, yaitu tentang berbagai kondisi yang memungkinkan seseorang bisa sukses.
Yang pertama, adalah kejujuran. Walaupun berkali-kali diulang tentang kejujuran yang harus dijunjung tinggi. namun ilustrasi tentang kejujuran ini tidak terasa usang dan membosankan, karena digambarkan bahwa berbagai situasi yang sulit dan menantang justru diselamatkan karena pihak yang berhubungan dengan Bung Bayu Satya percaya padanya, karena yakin akan kejujurannya.
Oleh karena itu, perlu digaris-bawahi bahwa kejujuran adalah kondisi esensial untuk seseorang bisa dipercaya. Bagi Indonesia, hal ini penting karena Indonesia dikenal sebagai "low trust society". Saling percaya kadarnya rendah, karena yang merajalela adalah korupsi, pemborosan, silat lidah, etos kerja rendah, dan seterusnya, yang semuanya adalah tampilan dari ketidakjujuran.
Oleh karena itu, perlu digaris-bawahi bahwa kejujuran adalah kondisi esensial untuk seseorang bisa dipercaya. Bagi Indonesia, hal ini penting karena Indonesia dikenal sebagai "low trust society". Saling percaya kadarnya rendah, karena yang merajalela adalah korupsi, pemborosan, silat lidah, etos kerja rendah, dan seterusnya, yang semuanya adalah tampilan dari ketidakjujuran.
Yang kedua, adalah Bung Bayu menganut paham bahwa berbagi pengetahuan adalah penting, karena melahirkan sinergi. Kisahnya tentang pelajaran Bahasa Inggris dengan bertukar jasa dengan pastor Belanda yang ingin fasih berbahasa Indonesia, adalah sesuatu yang mencerahkan. Pertama, keputusan untuk belajar Bahasa Inggris yang benar memang bisa didapatkan dari orang Belanda, karena Negeri Belanda adalah negara kecil di Eropa yang nasibnya tergantung dari tetangga-tetangganya yang kuat dan berpengaruh, yaitu: Perancis, Jerman, dan Inggris. Oleh karena itu, orang Belanda terbiasa menjadi multilingual, fasih berbahasa asing, karena harus dirasakan berguna oleh tetangga-tetangganya yang perkasa. Seorang pastor adalah partner yang ideal untuk berbagi. Karena tidak berkeluarga (selibat) dia bisa mengisi waktu dengan dedikasi yang tinggi, tidak direpotkan dengan berbagai macam urusan sehari-hari.
Bahwa Bung Bayu bisa bersahabat dengan seorang Belanda yang berbeda kebangsaan dan budaya, menunjukkan sikap hidup lain yang berharga, yaitu inklusif. Tidak punya prasangka rasial, etnik, dan agama. Bagi Indonesia yang demikian majemuk, sikap inklusif adalah penting, karena sikap inklusif melahirkan basis pergaulan yang lebar dan amat kaya dengan nuansa. Menguasai Bahasa Inggris dengan baik adalah juga penting. Kalau sasarannya adalah hanya mampu berbahasa sekadarnya, kita hanya akan menjadi orang yang bisa berkomunikasi sekadarnya juga. Berguna, tapi tidak mengundang respek. Berbahasa apa pun dengan baik dan benar mengundang respek. Apalagi menguasai Bahasa Inggris yang sudah telanjur menjadi bahasa dunia dalam banyak bidang.
Dari pengalaman berbagi pengetahuan dengan pastor Belanda itu, timbul temuan berikut, yaitu kalau kita berbagi pengetahuan dengan tulus, maka kita akan mendapatkan berbagai pengetahuan lain. Jadi, berbagi pengetahuan memperkaya inventaris pengetahuan kita. Hal ini berbeda dengan paham pengetahuan yang masih kita alami dalam pendidikan formal, yaitu bahwa guru seakan-akan ingin memastikan bahwa pengetahuan Sang Murid tidak akan melebihi Sang Guru. Pendidikan yang salah kaprah semacam ini menjadi absurd dalam keadaan di mana teknologi informasi sudah berkembang pesat. Rasa ingin tahu Sang Murid bisa mendobrak sikap defensif Sang Guru. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar dari sekolah kehidupan (school of life), seperti yang terurai secara meyakinkan dalam buku ini.
Langkah berikut yang menjadi keputusan Bung Bayu adalah memilih fokus. Dia memilih fokus di bidang pemasaran. Supaya sukses dalam pemasaran, maka harus konsisten dengan nilai dasar yang dia pegang teguh, yaitu: jujur, terpercaya, dan mampu berbagi. Kalau pemasaran hanya menciptakan pencitraan, maka hancurlah reputasi sang pemasar dan produknya. Pemasaran harus merupakan produk dari budaya perusahaan yang dilahirkan dari kepemimpinan dan keteladanan.
Akhirnya Bung Bayu memilih bidang yang dalam keyakinannya mempunyai masa depan yang baik dan penting dalam perlindungan lingkungan hidup dalam negara kepulauan seperti Indonesia. Pilihan tersebut diambil karena telah panen pengetahuan yang didapatnya dari berbagi. Oleh karenanya, kisahsukses Slickbar* Indonesia adalah berawal dari satu nilai dasar penting, yaitu: kejujuran, ditopang oleh kehendak berbagi, kecerdasan, kemampuan komunikasi, dan hal tersebut pada gilirannya melahirkan fokus yang kontekstual dan keteladanan.
Baca Juga : Cerita Sukses Mario Teguh, Golden Ways
Bahwa Bung Bayu bisa bersahabat dengan seorang Belanda yang berbeda kebangsaan dan budaya, menunjukkan sikap hidup lain yang berharga, yaitu inklusif. Tidak punya prasangka rasial, etnik, dan agama. Bagi Indonesia yang demikian majemuk, sikap inklusif adalah penting, karena sikap inklusif melahirkan basis pergaulan yang lebar dan amat kaya dengan nuansa. Menguasai Bahasa Inggris dengan baik adalah juga penting. Kalau sasarannya adalah hanya mampu berbahasa sekadarnya, kita hanya akan menjadi orang yang bisa berkomunikasi sekadarnya juga. Berguna, tapi tidak mengundang respek. Berbahasa apa pun dengan baik dan benar mengundang respek. Apalagi menguasai Bahasa Inggris yang sudah telanjur menjadi bahasa dunia dalam banyak bidang.
Dari pengalaman berbagi pengetahuan dengan pastor Belanda itu, timbul temuan berikut, yaitu kalau kita berbagi pengetahuan dengan tulus, maka kita akan mendapatkan berbagai pengetahuan lain. Jadi, berbagi pengetahuan memperkaya inventaris pengetahuan kita. Hal ini berbeda dengan paham pengetahuan yang masih kita alami dalam pendidikan formal, yaitu bahwa guru seakan-akan ingin memastikan bahwa pengetahuan Sang Murid tidak akan melebihi Sang Guru. Pendidikan yang salah kaprah semacam ini menjadi absurd dalam keadaan di mana teknologi informasi sudah berkembang pesat. Rasa ingin tahu Sang Murid bisa mendobrak sikap defensif Sang Guru. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar dari sekolah kehidupan (school of life), seperti yang terurai secara meyakinkan dalam buku ini.
Langkah berikut yang menjadi keputusan Bung Bayu adalah memilih fokus. Dia memilih fokus di bidang pemasaran. Supaya sukses dalam pemasaran, maka harus konsisten dengan nilai dasar yang dia pegang teguh, yaitu: jujur, terpercaya, dan mampu berbagi. Kalau pemasaran hanya menciptakan pencitraan, maka hancurlah reputasi sang pemasar dan produknya. Pemasaran harus merupakan produk dari budaya perusahaan yang dilahirkan dari kepemimpinan dan keteladanan.
Akhirnya Bung Bayu memilih bidang yang dalam keyakinannya mempunyai masa depan yang baik dan penting dalam perlindungan lingkungan hidup dalam negara kepulauan seperti Indonesia. Pilihan tersebut diambil karena telah panen pengetahuan yang didapatnya dari berbagi. Oleh karenanya, kisahsukses Slickbar* Indonesia adalah berawal dari satu nilai dasar penting, yaitu: kejujuran, ditopang oleh kehendak berbagi, kecerdasan, kemampuan komunikasi, dan hal tersebut pada gilirannya melahirkan fokus yang kontekstual dan keteladanan.
Tahun lalu merk Slickbar" sepenuhnya menjadi milik Indonesia, melalui proses yang panjang, penuh inovasi, dan tidak hanya karena jerih payah anak bangsa, tapi juga dengan kerjasama industri-industri sejenis dan terkemuka di negara-negara maju. Lagi-lagi sukses besar ini adalah konsekuensi logis dari berbagai sifat pribadi Bung Bayu Satya. Para pebisnis dan ahli terkemuka mancanegara secara antusias berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan Bung Bayu Satya dan tim. Mengapa? Sekali lagi karena percaya dan respek. Tonggak prestasi bangsa dalam industri dicapai melalui kerjasama internasional dan berujung pada pengakuan dunia terhadap keunggulan produk Indonesia. Apa yang diperlihatkan oleh Bung Bayu Satya dan tim yang dipimpinnya adalah semangat kebangsaan yang sehat, terbuka, inklusif, dan percaya diri, bukan nasionalisme yang picik dan pemberang.
Buku ini lahir pada waktunya, ketika Bung Bayu sudah menyelesaikan misi hidupnya dengan sukses, dalam arti sukses yang didefinisikannya sendiri, bukan karena desakan orang lain dan bukan karena ingin bercitra sebagai orang sukses, yaitu sukses yang substantif. Oleh karena itu, saya ingin mengusulkan supaya Bung Bayu tidak segan-segan tampil sebagai Guru Bangsa. Bung Bayu Satya perlu menyebarluaskan pesannya, "Jangan takut memulai sesuatu yang baru."
Ketika pabrik Slickbar'"1 Indonesia diresmikan, industri pengendali tumpahan minyak adalah sesuatu yang baru. Tantangan masa depan yang penuh perubahan memerlukan teknologi, proses industrial, dan sasaran-sasaran kerja yang baru. Kemungkinannya amat banyak. Akhirnya harus fokus: kembangkan satu yang paling berguna dan prospektif. Ini adalah tantangan masa depan generasi baru Indonesia, termasuk kedua putra Bung Bayu Satya.
Indonesia sekarang sudah memasuki zaman yang tidak akan terulang, yaitu yang disebut sebagai era bonus demografi, di mana mayoritas orang Indonesia terdiri atas orang muda usia produktif. Kaum muda di Indonesia sedang haus keteladanan dan haus inspirasi. Era informasi memang membantu kaum muda mengakumulasi pengetahuan termasuk dari media elektronik, tetapi bagi orang yang bingung dan tidak dibekali dengan nilai hidup yang baik, keuntungan demografisyang kita nikmati tidak akan tumbuh menjadi peluang, melainkan sebaliknya, akan berpotensi bencana. Tidak perlu diuraikan berbagai dilema yang sekarang dialami oleh generasi muda. Bisa panjang ceritanya.
Referensi Pengantar dari bapak Sarwono Kusumaatmaja.